Senin, 19 Januari 2009

.:SOLAT TAHAJJUD MENYEMBUHKAN PELBAGAI PENYAKIT:. (QS.Al-Muzammil)

Secara akademik, stres terbukti dapat menggangu daya ketahanan tubuh imunologik. Dalam keadaan ini, tubuh mudah terserang aneka ragam penyakit. Dengan terkendalinya sekresi kortisol yang sering berlangsung secara berlebihan, terapi solat tahajud dapat berfungsi sebagai coping mechanism pereda stres dan akan memperbaiki sistem imun. Baiknya sistem imun akan terhindar dari infeksi dan kanser. Secara teori, pengamal solat tahajud pasti terjamin kesihatannya, baik secara fizikal mahupun mental.


Key words: Dalil Al-quran dan hadith Nabi Saw., ritme sirkandian (jam biologi tubuh), stress, coping mechanism.

“Solat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan penyakit”
-HR Tirmidzi.

“Solat sunnah yang utama setelah solat fardhu adalah solat tahajud”
-HR Abu Dawud.


Dari Pemaknaan Islam ke Pembuktian Sains

Sabda Nabi SAW ini dapat dihubungkan dengan fakta dalam sebuah penelitian yang membuktikan bahawa ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi risiko terkena penyakit jantung, dan meningkatkan usia harapan1. Sebaliknya stress dapat menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi, mempercepat perkembangan sel kanser, dan meningkatkan metastasis.

Kalangan para saintis barat masih mengagungkan kaedah bahawa kajian sains haruslah bersifat sekular dan melepaskan diri dari landasan wahyu. Belakangan, penjelasan tentang kecerdasan emosional dan spritual dalam menjelaskan mekanisme kerja otak sudah mulai menyedari fakta adanya campurtangan kesedaran wahyu Allah dalam kajian sains. Dalam hubungannya dengan topik kita, adalah penjelasan tentang kejadian yang menimbulkan stres.

Coping mechanism yang positif dan efektif dapat menghindarkan atau meredakan stres. Sebaliknya, coping mechanism yang negatif dan tidak efektif memperburuk kesehatan dan memperbesar potensi sakit4.

Pengelolaan stres memiliki dua komponen utama:
1.Educative
2. Teknik relaksasi, yang meliputi meditasi, perenungan, dan biofeedback.

Solat Tahajud memiliki kandungan aspek meditasi dan relaksasi yang sangat besar, dan kandungan yang dapat digunakan sebagai coping mechanism pereda stres. Respon ketahanan tubuh melalui mekanisme keterkaitan perilaku dengan ketahanan tubuh imunologik yang diperantarai oleh neurotransmitter, neurohormonal, hormon, dan cytokine.

Diakui oleh para pakar perubatan bahawa timbulnya suatu penyakit adalah bermula daripada stres. Dan sekali lagi Al-Quran mengungkapkan keadaan ini. Allah Swt. berfirman:

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (iaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit” (QS A-Muzammil [73]: 1-3)



Kesan Kortisol Terhadap Sistem Imun

“Kortisol berfungsi mempertahankan integriti tubuh, sifat responsif salur darah dan volume cairan tubuh. Kelebihan kortisol dapat menyebabkan hipertensi melalui stimulasi renin pada sistem renin angiotensin”
-Guyton

Pola sekresi kortisol diatur oleh pacemaker endogen yang terdapat nukleus suprakiasmatik di hipotalamus. Pengaturan ini mengeluarkan impuls bersifat ritme sirkandian (circandian rhytme). Ritme sirkandian menyebabkan sekresi kortisol dan ACTH bersifat episodik seperti terlihat pada grafik berikut:



Pola Khusus Sekresi Kortisol Selama 24 jam.
Golombang sekresi yang rendah pada waktu satu jam atau lebih sebelum bangun di pagi hari -waktu tahajud- sesuai untuk mengefektifkan coping.
Sumber: Encyclopedia Britannica, Inc., 1994


Ritme sirkandian dipengaruhi oleh perubahan pola tidur, aktiviti fizik dan psikologi, serta berbagai penyakit seperti kelainan kelenjar pituitari, gagal ginjal kronik, dan gangguan Central Nervous System (CNS). Dapat ditarik kesimpulan bahawa sekresi kortisol juga dapat meningkat tanpa terikat oleh ritme sirkandian8.

Pada keadaan kekurangan kortisol yang berat, terjadi vasodilatasi yang abnormal. Walau tidak sampai terjadi kehilangan cairan, pengisian salur darah akan berkurang dan tekanan darah menurun, lalu terjadilah shock. Dalam keadan ini, tubuh mudah terkena stres. Dengan demikian, kortisol berfungsi mempertahan integriti dan sifat responsif salur darah dan volume cairan tubuh. Sebaliknya, kelebihan kortisol menyebabkan hipertensi melalui stimulasi renin pada sistem renin angiotensin.

Stres dan Coping Mechanism

Gambar 2
Daily pressures raise our stress level, but our ancient stress reactions—fight or flight—do not help us survive this kind of tension
Sumber: Scientific American, Inc, 2003


Secara kronologi, Selye9 mengemukakan tiga fasa mekanisme terjadinya stres yang dikenal dengan istilah General Adaption Syndrom (GAS):

1. Fasa peringatan (alarm stage). Sistem saraf pusat dibangkitkan dan pertahanan tubuh dimobilasi. Stres terjadi ketika individu terus menerus mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan, misalnya lari atau bertempur.
2. Fasa perlawanan atau adaptasi (the stage of resistance or adaptation), tahap ini mobilisasi untuk menentukan lari atau bertempur.
3. Tahap keletihan (stage of exhaustion), suatu tahap stress berlanjutan yang menyebabkan terganggunya homeostasis. Tahap exhaustion diyakini menandai mulainya penyakit tertentu yang disebut penyakit adaptasi.

Ostell menyebutkan secara transaksional, stres dipandang sebagai keadaan yang timbul pada saat individu berhubungan dengan situasi dalam cara tertentu. Sebenarnya, situasi itu sendiri tidak terganggu, hanya saja cara individu menilai dan bereaksi pada situasi itulah yang mengganggu.

Coping mechanism adalah suatu mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila coping mechanism ini berhasil, seseorang dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut atau akan merasakan berat menjadi ringan. Coping mechanism ini dapat dipelajari sejak awal timbulnya stressor dan orang menyadari dampak dari stressor tersebut11.

Pola Ritme Sirkandian (Jam Biologi) Fungsi Fisiologi Pengamal Solat Tahajud

Ritme sirkandian dalam tubuh merupakan ritme biologi dari komponen biologi tubuh. Ritme sirkandian ini berkaitan erat dengan fungsi fisiologi tubuh. Komponen biologi yang mempunyai ritme sirkandian ini adalah beberapa hormon, kadar potassium darah, suhu tubuh, dan Alertness. Ritme sirkandian dapat digambar seperti berikut

Gambar 3
Ritme Sirkandian Fungsi Fisiologi Tubuh
Sumber: Mark F. Bear, Neuroscience Exploring the Brain, William & Wilkin, 1996


Sebuah penelitian melaporkan bahawa gangguan psikis dan kesihatan yang banyak dikeluhkan oleh pekerja shift malam ialah (1) gangguan tidur (2) sakit perut (3) sakit pada bahagian ulu hati (4) tidak ada nafsu makan (5) badan terasa lemah (6) lelah (7) gangguan saluran pernafasan13.

Ritme biologi dari ACTH dan kortisol berkorelasi dengan suasana terang dan gelap. Pada malam hari, saat kondisi gelap, terjadi penurunan ACTH dan kortisol. Kadar kortisol terendah biasanya terjadi antara pukul 1.00-3.00am kerana disamping tiada rangsangan dari cahaya pada waktu tersebut aktivitinya rendah. Dan mulai terjadi peningkatan tinggi pada jam pertama saat bangun tidur14.

Al-Quran, melalui Surah Al-Muzammil menawarkan penyelesaian untuk menghilangkan perasaan negatif sejak 14 abad yang lalu,

“iaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu” (QS Al-Muzammil [73]:3)

Bangun lebih kurang jam 1.00am. Boleh kurangi sedikit atau lebih sedikit kira-kira jam 1.00-5.00am. Ada jaminan dari Allah Swt bahawa apabila hamba-Nya berdoa pada waktu tersebut, doanya akan dimakbulkan, sabda Rasulullah Saw,

“Sesungguhnya pada tiap-tiap malam ada suatu saat makbul; barang siapa dari hamba-Nya yang muslim memohon kebaikan tepat dalam saat itu nescaya akan dikabulkan oleh Allah Swt.” (HR Muslim)


Gangguan kesihatan tidak akan timbul jika pengamal solat tahajud mampu beradaptasi dan berhasil dalam mengupayakan keseimbangan homeostasisnya. Apabila pengamal solat tahajud mampu beradaptasi dan mempunyai coping yang efektif, perubahan ritme sirkandian diterima sebagai stimulator untuk berprestasi. Sebaliknya jika gagal beradaptasi dan coping tidak efektif perubahan ritme sirkandian akan diterima sebagai stres yang mudah terkena infeksi dan kanser.

Solat tahajud yang dijalankan dengan penuh kesungguhan, khusyuk, tepat, ikhlas dan berterusan diduga dapat menumpukan persepsi dan motivasi positif dan mengefektifkan coping. Dan, respon emosi positif (positive thinking), dapat menghindarkan reaksi stres.

Respons biologi dapat dipengaruhi oleh proses coping kerana, bila coping berhasil, stressor bukan lagi menjadi stressor yang menimbulkan reaksi stres, melainkan menjadi stimuli untuk berprestasi. Hal ini dapat menerangkan bagaimana proses coping dapat menyebabkan perubahan atau perbaikan pada ketahanan tubuh imunologik.

Pengaruh Solat Tahajud Terhadap Peningkatan Respons Ketahanan Tubuh

“Emosional positif dapat menghindarkan reaksi stres”
- Rehatta N.M


Central Nervous System (CNS) meneruskan informasi neurologi menjadi respons biologi melalui pelbagai hormon, meuropeptida, dan neurotransmitter. Alur Hypothalamic Pituitary Adrenal Axis (HPAA) dan sistem saraf autonom terbukti merupakan alur yang sangat berperan dalam reaksi emosional (positif-negatif-stres). Dan ini semua berhubungan langsung dengan respons imun.

Dalam keadaan stres, terjadi peningkatan kegiatan HPAA, iaitu peningkatan sekresi CRF, ACTH, dan kortisol. Peningkatan sekresi kortisol yang berlebihan dapat mencegah produksi IL-1, IL-2 dan makrofag, melalui sel T-helper atau dengan kata lain ia menurunkan respons sel T. Penurunan sel T-helper menyebabkan demam, sebaliknya penurunan sel-B dalam memproduksi antibody. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahawa apabila sekresi kortisol menurun, produksi respons imunologik meningkat.

Penting diperhatikan, bahawa solat tahajud mungkin sahaja mendatangkan stres – tentunya jika solat tahajud dijalankan kerana terpaksa atau tergesa-gesa. Hal ini tercermin pada gagalnya menjaga homeostasis tubuh atau gagalnya beradaptasi terhadap pola ritme sirkandian yang bersifat diurnal menjadi nocturnal kerana sekresi kortisol yang semestinya rendah pada malam hari, tetapi tetap tinggi kerana melakukan aktiviti solat tahajud. Kondisi ini dapat menjelaskan masalah yang dikeluhkan oleh pekerja shift malam di atas.

Sebaliknya, perubahan ritme sirkandian dan perubahan sekresi kortisol yang rendah pada malam hari justeru menambah kekhusyukan pengamal solat tahajud yang niatnya ikhlas. Secara endogen, kortisol sekresinya tinggi di saat melakukan aktiviti, sementara secara eksogen kortisol sekresinya menurun kerana pengaruh lingkungan yang tenang dan kondisi yang gelap21. Dengan demikian, sekresi kortisol bagi pengamal solat tahajud yang ikhlas sepatutnya berada pada kadar normal (homeostasis).

Pembahasan

Apakah Solat Tahajud dapat menurunkan sekresi hormon kortisol?
Apakah Solat Tahajud dapat meningkatkan respons ketahanan tubuh imunologik?

Solat tahajud berpengaruh terhadap peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik. Niat yang ikhlas dalam menjalankan solat tahajud akan mendatangkan rasa tenang, optimistis dan persepsi positif. Dan, reaksi emosional positif dapat menghindarkan diri dari stres22. Sebaliknya, niat yang tidak ikhlas akan menimbulkan kekecewaan, kecemasan, persepsi negatif, dan rasa tertekan. Perasaan negatif, tertekan memudahkan terjadinya stres.

Sabda Rasulullah SAW:

“Tiap perbuatan hanya sah dengan adanya niat, dan tiap orang akan mendapatkan imbalan sesuai dengan amalnya”. (Hadith Bukhari dan Muslim)


Menurut penelitian yang dijalankan di Pondok Pesantren Hidayatullah terhadap pengamal solat tahajud secara berterusan, tepat dan tulus menunjukkan penurunan kadar hormon kortisol, menumbuhkan respons emosional positif, coping yang efektif dan mampu beradaptasi dengan perubahan ritme sirkandian. Pada kadar tinggi, kortisol bersifat immunosupresif. Sebaliknya dalam kadar rendah kortisol dapat mempengaruhi proliferasi limfosit.


Gambar 4
Imbasan mikrograf elektron limfosit sitotoksik (kiri atas) yang bertindak untuk membunuh sel tumor (kanan bawah)
Sumber: Denis M. Callewaert, Department of Chemistry, University of Oakland.


Hasil penelitian ini membuktikan bahawa penurunan kortisol diikuti dengan peningkatan limfosit, eosinofil, neutrofil, monosit, dan IgA. Sila rujuk (gambar 5). Dengan demikian status kortisol bertindak sebagai stimulator dan mobilisator energi dan reaksi adaptasi sistem tubuh atau mediator dalam upaya menjaga homeostasis tubuh.

Dalam perspektif psikoneuroimunologi, terjadinya peningkatan respon imun ini akan meningkatkan ketahanan tubuh24. Dengan kata lain, melalui turunnya kadar kortisol, para pengamal solat tahajud terhindar dari kemungkinan gejala stres. Dan dengan tidak adanya stres, akan terhindar dari pelbagai jenis penyakit.


Gambar 5
Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber: Moh. Soleh, Terapi Solat Tahajud, Penerbit Hikmah, 2006.


Menyedari hakikat kelemahan akal manusia yang nyata dalam dua aspek iaitu (1) aspek pengetahuan yang berhubung dengan perkara ketuhanan, ukhrawiyat dan kerohanian (2) aspek pengetahuan yang berhubung dengan nilai, tingkah laku dan sistem hidup yang diperlukan oleh manusia bagi mendapat kebahagiaan di dunia ini25, maka penulis akan merujuk pandangan pemikir islam yang mu’tabar dalam membahas persoalan niat dan khusyuk. Al-Qardhawi26 menjelaskan definisi niat sebagai berikut:

1. Niat adalah kemahuan yang kuat
2. Niat adalah tujuan yang terdetik dalam hati.
3. Niat adalah dorongan hati yang dilihat sesuai dengan tujuan, baik berupa rumusan demi mendatangkan manfaat atau menghindarkan diri dari mudarat, baik fizik-material mahupun psikis-spiritual
4. Niat adalah tujuan sesuatu yang disertai dengan pelaksanaannya.
5. Hakikat niat adalah pengaitan tujuan dengan hal tertentu yang dituju.

Imam Al-Ghazali menyimpulkan pendapat yang berkembang ketika cuba menjelaskan hakikat khusyuk, antara lain adalah: (1) Kehadiran hati (2) Mengerti apa yang dibaca dan diperbuat (3) Mengagungkan Allah SWT (4) Merasa penuh harap kepada ALLAH (5) Merasa malu terhadapnya.

Dalam Al-Quran Allah berfirman:

“...Sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, iaitu orang yang meyakini bahawa mereka akan kembali kepada-Nya”. (QS Al-Baqarah [2]: 45-46)


Hakikat Solat Tahajud

Sayyid Quthb menegaskan bahawa ilmu memberi kita pengetahuan relatif dan tidak final serta boleh sahaja ia direvisi atau dibatalkan, sedangkan Al-Quran dan sunnah memberikan kita hakikat yang final dan mutlak. Solat tahajud disyariatkan kepada Nabi Saw. setelah turun Surah Muzammil. Justeru untuk mengetahui hakikat solat tahajud, perlu di fahami sebab diturunkannya Surah Muzammil tersebut.

Sayyid Quthb, menulis dalam Tafsir fi Dzillalil Quran:

“Ketika Rasulullah Saw menerima maklumat bahawa pembesar Quraisy telah berkumpul di Balai Pertemuan Darun-Nadwah, dimana kaum Quraisy ini mengatur rencana untuk menentang beliau dan mematahkan dakwah yang dibawanya, ketika itu beliau berdiam diri, lalu menarik baju luarnya rapat ke badannya sambil merebahkan diri. Ketika itu datanglah malaikat Jibrail a.s. menyampaikan Surah Al-Muzammil ayat 1-19. Dua belas bulan kemudian, turunlah ayat ke-20. ayat berisi petunjuk tentang meringankan cara ibadah, yakni salat tahajud, setelah Nabi Saw. hampir menghabiskan waktu malamnya untuk salat tahajud sebagai konsekuensi dari ayat yang diturunkan sebelumnya, yaitu ayat 1-19 surah Al-Muzammil.”


Ibnu Kathir menulis:

“Al-Bazzar dan Ath-Thabrani (ulama hadith) meriwayatkan dari Jabir bahawasanya ketika Rasulullah SAW menghadapi pembesar Quraisy yang sangat leluasa mengolok-olok Rasulullah Saw sebagai dukun, orang gila, tukang sihir, bahkan mengancam beliau dengan pembunuhan, Rasulullah Saw berasa sangat sedih. Ia termenung sambil berselimut sehingga datang Jibrail menyampaikan Surah Al-Muzammil.”


Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadith bahawa Rasulullah Saw bersabda,

“Syaitan mengikat kuduk seseorang dengan tiga ikatan ketika ia tidur. Lalu syaitan memukul tempat tiap ikatan pada kuduk orang yang sedang tidur sambil berkata: “Tidurlah, kamu mempunyai malam cukup panjang”. Bila seseorang yang tidur itu bangun dan berzikir kepada Allah Swt., lepaslah satu ikatan. Lalu, jika ia pergi wudhu, terurailah satu ikatan lagi, dan manakala ia solat, lepaslah ikatan terakhir sehingga ia menjadi bersemangat dalam beribadah, terlepas segala ikatan kesempitan jiwa dan terlindungi dari rasa malas.” (HR Bukhari)


Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah Saw pernah di tanya, “Solat manakah yang paling utama setelah solat lima waktu?” Rasulullah menjawab, “Solat Tahajud” (HR Muslim). Beratnya tugas dakwah dan hebatnya perancangan musuh yang dihadapi, menyebabkan Nabi Saw. dirundung kegelisahan, kecemasan, khawatiran dan ketakutan. Menurut satu riwayat, dalam keadaan seperti itu, Nabi Saw. merenung sambil berbaring dengan menyelimuti badannya. Ketika itu, datanglah malaikat jibrail menyampaikan Surah Al-Muzammil ayat 1-10.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcACogbM7NOO551x-XhdvO_NtVtmSQ8hSSxgvAgsAhNXYgC8F04ycF15ri6SQL9q2M7LQowjKgn3To9GSTvbfz-REwggwx4UgRXY5pZ7foLtzcpn2kaCI722LSaITsh2xNqRJHmVntjLw/s400/tgna.jpg

(Sekadar gambar hiasan)
“Sesungguhnya pada tiap-tiap malam ada suatu saat makbul; barang siapa dari hamba-Nya yang muslim memohon kebaikan tepat dalam saat itu nescaya akan dikabulkan oleh Allah Swt.” (HR Muslim)
Sumber: Harakahdaily.net


Kesimpulan

1. Dengan terkendalinya sekresi kortisol yang sering berlangsung secara berlebihan, terapi solat tahajud dapat berfungsi sebagai terapi menghindari stres dan akan memperbaiki sistem imun. Baiknya sistem imun akan terhindar dari infeksi dan kanser.

2. Apabila selama ini para praktikal ilmu perubatan dalam meningkatkan dan memperbaiki respons ketahanan tubuh lebih menekankan penggunaan teknologi kimia dan ubatan, pendekatan ibadah solat tahajud dapat dipergunakan sebagai alternatif untuk memperbaiki daya tahan tubuh imunologik, penegakkan diagnosis, bahkan bagi anaestesis perbaikan coping dan reaksi emosional positif, baik untuk kepentingan pra-bedah mahupun pasca-bedah.

3. Solat tahajud dapat dijadikan alternatif meningkatkan dan memperbaiki daya tahan tubuh imunologik dan menghilangkan rasa sakit pada pesakit penyakit kanser.

4. Menurut paradigma lama, ajaran Islam dinilai sebagai suatu yang harus diterima secara dogmatik, terpisah dari sains dan mustahil mampu dibuktikan secara ilmiah31. Implikasinya kajian sains dan sosial sering dilakukan dengan pendekatan sekular, cenderung kepada pemikiran falsafah barat yang sesat dan mulhid. Dakwah pula sering dilakukan dengan pendekatan normatif, ancaman dan siksaan, bukan atas dasar bahawa ibadah itu adalah keperluan kesempurnaan hidup dunia dan akhirat. Untuk itu, pemahaman dikotomik ekstrem yang mereduksi hakikat kebenaran akidah Ahli Sunnah wal Jamaah dari segala bentuk rasionaliti di bidang sains dan sosial perlu segera disingkirkan.

Firman Allah Swt.,

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 208)

“Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS Yusof [12]: 108)


Bagi memperincikan lagi konsep ini, Imam Hasan Al-Banna berkata: “Ajaran islam adalah menyeluruh mencakupi kesemua bidang kehidupan. Islam adalah Negara dan watan atau pemerintah dan umat. Ia juga adalah pengetahuan dan undang-undang ataupun ilmu dan kehakiman. Islam juga menekankan aspek kebendaan dan harta ataupun usaha dan kekayaan. Di samping itu, islam mementingkan jihad dan dakwah ataupun ketenteraan dan fikrah. Islam adalah akidah yang benar dan ibadah yang sah.”

p/s: Menurut Moh. Soleh, berdasarkan hasil penelusuran yang dapat dijangkau melalui jaringan internet dan pelbagai referensi, baik yang berbahasa Arab atau InggerĂ­s belum pernah ditemui penelitian tentang respon positif dan coping yang efektif akibat solat tahajud yang berpengaruh terhadap peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik. Oleh itu, temuan ini dikategorikan sebagai temuan yang sangat mutakhir.

Wallaua’lam

sumber : http://msaidhawwa.blogspot.com ~GOOD ENTRY TO SHARE..=)nikmatilah kemanisan di sebalik tahajjud....belum cuba belum tahu~!=)

Tidak ada komentar: