Jumat, 19 Desember 2008

Paradigma Pendidikan Ideal

Pendidikan kita saat ini sepertinya mengalami stagnasi berkepanjangan. Kita masih terlena dengan gaya dan metode-metode klasik sekalipun telah banyak dan bahkan terus menerus mengalami perubahan seiring bergantinya pengambil kebijakan pendidikan.Kalau boleh saya katakan bahwa transformasi ilmu apatah lagi sikap dan nilai dari pendidikan itu sendiri sangat jauh dari yang diharapkan. Coba kita sedikit mengevaluasi hasil yang didapatkan oleh anak-anak kita di bangku sekolah, Atau output sekolah-sek0lah unggulan sekalipun, atau cukup kita mengevaluasi diri kita sendiri terhadap apa yang bisa kita dapatkan dari yang namanya bangku sekolah. Mungkin anda bisa mengakui dan merasakan sendiri betapa banyak kerugian baik waktu juga materi terbuang begitu saja tanpa hasil yang memuaskan.

Ketika kita lusus atau anak-anak kita lulus dari jenjang pendidikan satu ke jenjang berikutnya toh pengetahuan dan kemandiriannya bertambah hanya seiring dengan perkembangan usia dan kematangan berpikirnya semata. Para digma ini tentu tidak mutlak benar akan tetapi perlu dicermati bahwa hampir 75% siswa yang ketika lulus dari bangku sekolah tidak mampu meriviu kembali pengetahuanannya tentang baik itu ilmu umum, eksat, dan agama. Terlepas tentunya dari tingkat kemampuan masing-masing individu dalam menyerap pelajaran yang diberikan.

Ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang keliru dan semestinya kita benahi. Menurut pengamatan saya, ini terjadi karena pola pengajaran yang diterapkan disekolah pada umumya hanya membuang-buang energi dan waktu salah satunya dalam mentransfermasikan ilmu kepada murid. Contoh sederhana; ditingkat menengah pertama atau SMP. Siswa menghabiskan waktu selama 3 tahun yang di evaluasi melalui mit semester dan UN.Namun dalam satu mata pelajaran mungkin hanya devinisi dari suatu mata pelajaran yang diketahuinya. Mengapa? karena proses yang dilalui berbelit, pelik, dan terkesan gurupun pelit dan atau bisa juga salah satunya disebabkan keterbatasan dan penguasaan bahan ajar yang diberikan. Dalam proses seharusnya bukan memberikan "gambaran" tentang tema yang diajarkan akan tetapi "hasil" yang diberikan, dengan demikian siwa akan mengolah hasil yang diberikan dengan sendirinya.

Suatu waktu bersama seorang sahabat diatas bulit tempat kami sering curhat, secara tidak sengaja muncul sebuah wacana baru yang sedikit nyeleneh akan tetapi ini....bersambung
സയ