Selasa, 30 Desember 2008

MENGENAL ANAK HIPERAKTIF DI SEKOLAH

MENGENAL ANAK HIPERAKTIF DI SEKOLAH

Mendidik anak untuk bisa pintar mungkin terlalu mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik anak untuk mempunyai emosi yang stabil, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan orang tua dan guru yang sabar, serius, ulet, serta mempunyai semangat dedikasi tinggi dalam memahami dinamika kepribadian anak.
Perilaku siswa usia sekolah saat ini banyak dikeluhkan guru. Para guru mengeluh sikap anak-anak yang sangat sulit di atur emosinya di kelas selama pelajaran berlangsung. Saya tidak tahu lagi harus bagaimana melatih dan mengajarkan siswa saya untuk konsentrasi, tekun, dan tenang selama pelajaran saya berlangsung. Saya bingung, teguran dan sangsi apa lagi yang harus saya berikan agar siswa saya bisa duduk dengan tenang selama pelajaran berlangsung sehingga dapat dengan mudah memahami materi yang saya ajarkan. Itulah dua dari sekian banyak contoh keluhan para guru menghadapi siswa hiperaktif di kelas selama pelajaran berlangsung di sekolah.

Dalam Psikologi terdapat apa yang namanya anak penderita Attention deficit Hiperactivity Disorder (ADHD). ADHD didefinisikan sebagai anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat menerima impuls-impuls dengan baik, suka melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol, dan menjadi lebih hiperaktif.

Adapun kriteria anak hiperaktif pada masa sekolah adalah sebagai berikut:
1. Mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian (defisit dalam memusatkan perhatian) sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara baik.
2. Jika diajak bicara siswa hiperaktif tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
3. Mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar dirinya..
4. Tidak dapat duduk tenang walaupun dalam batas waktu lima menit dan suka bergerak serta selalu tampak gelisah.
5. Sering mengucapkan kata-kata secara spontan (tidak sadar).
6. Sering melontarkan pertanyaan yang tidak bermakna kepada guru selama pelajaran berlangsung.
7. Mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya karena ia tidak memiliki perhatian yang baik

Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal.
Secara psikologis, perkembangan kognisi anak-anak yang menderita hiperaktif biasanya termasuk dalam kategori normal. Jika prestasi akademik mereka rendah, sebenarnya bukan karena perkembangan kognisinya yang bermasalah, tetapi lebih disebabkan karena ketidakmampuan mereka untuk konsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas.

Solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi masalah hiperaktif pada siswa di sekolah adalah orang tua harus berupaya menghilangkan perilaku hiperaktif anak sebelum masuk sekolah. Cara yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah sedini mungkin membiasakan seorang anak untuk hidup dalam suatu aturan. Jadi anak harus dikendalikan emosinya dengan penerapan aturan yang konsisten di rumah oleh orang tua. Selain itu, anak juga harus sedini mungkin diberikan kepercayaan dan tanggung jawab terhadap apa yang seharusnya dia lakukan. Di bawah ini ada beberapa ciri khusus yang dapat orang tua deteksi perilaku hiperaktif anak pada setiap fase perkembangannya.
1. Akhir tahun pertama sebelum masuk sekolah (pada saat Balita) perilaku Attention deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) yang ada pada anak belum bisa terdeteksi secara nyata, tetapi bila mereka menunjukkan tingkah laku gelisah dalam melakukan suatu aktifitas tertentu maka orang tua sebenarnya harus bisa memberikan perhatian serius.
2. Pada masa pra sekolah, gejala ADHD-nya mulai nampak. Misalnya tidak mampu mengerjakan suatu tugas yang ringan, tidak mampu bergaul dengan teman atau cuek terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Pada masa sekolah jika tidak mendapatkan perhatian serius maka defisiensi yang di derita anak akan bertambah sehingga kondisinya bisa lebih parah dari masa sebelumnya. Langkah terbaik untuk masa ini adalah anak perlu diperhatikan kondisi emosinya seawal mungkin oleh orang tua sebelum masuk sekolah.
4. Jika pada tiga fase sebelumnya tidak diperhatikan secara serius, maka pada masa remaja awal (SLTP) anak yang menderita ADHD tidak dapat berhasil dalam belajar. Kondisi ini yang menyebabkan seorang remaja tidak dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah yang lebih tinggi nantinya.Alasan yang sangat nyata adalah karena prestasi belajar anak hiperaktif yang sangat rendah. Kondisi ini lebihdisebabkan karena anak hiperaktif mengalmi deficit dalam perhatian.
5. Pada masa dewasa seorang yang masih menderita ADHD mengalami masalah dalam hubungan interpersonal seperti, kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain (minder) tidak percaya diri, tidak mempunyai konsep diri yang jelas, selalu tampak depresi atau stress, memiliki perilaku anti sosial, dan selalu merasa tidak mantap dengan tugasnya atau pekerjaannya. Jadi ADHD yang tidak teratasi akan terbawa sampai masa dewasa.

Kerja nyata dari orang tua dalam membentuk emosi anak adalah sedini mungkin mencoba membimbing anak dalam berbagai aktivitas hidupnya. Belajar menenangkan anak untuk bisa memusatkan perhatiannya sedini mungkin menjadi penting, karena akan berpengaruh secara tidak langsung pada perkembangan prestasi anak di sekolah. Keterampilan khusus yang dimiliki orang tua dalam mengatur emosi anak sejak dini itu akan mematangkan emosinya pada waktu sekolah nantinya. Keterampilan-keterampilan yang diajarkan oleh orang tua pada waktu kecil juga akan memungkinkan seorang anak bisa bersikap penuh perhatian terhadap isyarat-isyarat sosial pada perkembangan kepribadiannya. Dengan kata lain, keseriusan orang tua dalam mendeteksi dan menanggapi secara baik setiap emosi yang dimunculkan anak pada masa kecil, akan membantu anak pada proses perkembangan kepribadian anak selanjutnya.

Siktus Tanje, S.Psi : Konselor di SLTP St. Kristoforus II
Taman Palem Lestari, Blok A.No. 18
Cengkareng, Jakarta Barat
Telephon: 559.545.49

Tidak ada komentar: