Selasa, 30 Desember 2008

Mengarahkan Anak Hiperaktif

Mengarahkan Anak Hiperaktif

sumber: CyberNews Suara Merdeka

Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, autis dan hiperaktif.
Jika anaknya terkena autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak
fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika hiperaktif malah
gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak
autis dan hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.

Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga
kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak.
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi.
Keinginannya harus segera dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau
melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Gangguan
perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar, atau
sebelum mereka berusia 7 tahun.

Anda cemas dan gugup? Tentu, tapi jangan takut. Kami punya resepnya.

Pertama, PERIKSALAH. Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat
digolongkan sebagai hiperaktif. Karena itu, Anda perlu menambah
pengetahuan tentang gangguan hiperaktif. Yang harus Anda lakukan adalah
mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi
psikologi anak. Ini penting karena gangguan hiperaktivitas bisa berpengaruh pada
kesehatan mental dan fisik anak, serta kemampuannya dalam menyerap
pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya untuk mendapatkan petunjuk dari orang
yang tepat tentang apa saja yang bisa Anda lakukan di rumah. Selain itu
juga berguna untuk menghapus rasa bersalah dan memperbaiki sikap Anda
agar tak terlalu menuntut anak secara berlebihan. Di sini biasanya para
ahli akan memberikan obat yang sesuai atau sebuah terapi.

Kedua, PAHAMILAH. Untuk bisa menangani anak hiperatif, ada baiknya pula
jika Anda dan anggota keluarga mengikuti support group dan parenting
skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap dan perilaku
anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif
(intelektual) maupun fisiologis. Jika si anak merasa bahwa orang tua
dan anggota keluarga lain bisa mengerti keinginannya, perasaannya,
frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak bisa
tumbuh seperti layaknya orang-orang normal lainnya.

Ketiga, LATIH kefokusannya. Jangan tekan dia, terima kaeadaan itu. .
Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam
menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat,
coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk
diam. Mintalah agar anak menatap mata Anda ketika berbicara atau diajak
berbicara. Berilah arahan dengan nada yang lembuat, tanpa harus
membenatk. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin dan
berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten. Jika meminta
dia melakukan sesuatu, jangan berikandia ancaman tapi pengertian, yang
membuatnya tahu kenapa Anda berharap dia melakukan itu.

Keempat, TELATENLAH. Jika dia telah "betah" untuk duduk lebih lama,
bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara
menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf. Latihan ini
juga bertujuan untuk memperbaiki cara menulis angka yang tidak baik dan
salah. Selanjutnya anak bisa diberi latihan menggambar bentuk sederhana
dan mewarnai. Latihan ini sangat berguna untuk melatih motorik halusnya.
Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan
penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka dibawah 10. Setelah itu
baru diperkenalkan konsep angka "0" dengan benar.

Jika empat fase di atas telah dapat Anda lewati, bersyukurlah,
pasti keaktifan anak Anda sudah dapat difokuskan untuk perkembangan
jiwanya. Ini juga akan sangat membantu Anda dalam menjaganya. Dan kini,
masukilah tahap berikutnya, bagaimana Anda harus "bekerjasama" dengan dia.

Kelima, BANGKITKAN kepercayaan dirinya. Jika mampu, ini juga bisa
dipelajari, gunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti
menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan
tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan
disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk
meningkatkan rasa percaya diri anak.

Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri
dengan bimbingan orang tua. Misalnya, dengan memberikan contoh yang
baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orangtua
mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua
sebelumnya.

Dalam tahap ini, usahakan emosi Anda berada di titik stabil, sehingga
dia tahu, penguat positif itu tidak datang atas kendali amarah. Ingat,
anak hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif.

Keenam, KENALI arah minatnya. jika dia bergerak terus, jangan panik,
ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari
keaktifan dia. Jangan dilarang semuanya, nanti dia prustasi. Yang
paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara
dini.

Dengan begitu, Anda bisa memberikan ruang gerak yang cukup bagi
aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya. Misalnya,
mengikutkan anak pada klub sepakbola di bawah umur atau berenang, agar anak belajar
bergaul dan disiplin. Anak juga belajar bersosial karena ia harus
mengikuti tatacara kelompoknya.

Ketujuh, MINTA dia bicara. Ini sangat penting Anda terapkan. Ingat,
anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk
dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi
agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya.
Misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga Anda bisa mengajarkan
anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan. Ini memang
butuh kesabaran dan kelembutan.

"Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi si kecil memang butuh waktu.
Terlebih dulu ia harus dilengkapi dengan sikap menghargai, tenggang
rasa, saling memahami, dan berempati," ujar Susan Barron, Ph.D,
Direktur Pusat Perkembangan dan Pembelajaran Mount Sinai Medical Center di New
York dalam salah satu artikelnya di majalah Child.

Terakhir, SIAP bahu-membahu. Jika dia telah mampu mengungkapkan
pikirannya, Anda dapat segera membantunya mewujudkan apa yang dia
inginkan. Jangan ragu. Bila perlu, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar
guru memahami kondisi anak yang sebenarnya. Mintalah guru tak perlu
membentak, menganggap anak nakal, atau mengucilkan, karena akan
berdampak lebih buruk bagi kesehatan mentalnya. Kerjasama ini juga penting karena anak
sulit berkosentrasi dan menyerap pelajaran dengan baik. Dibutuhkan
kesabaran dan bimbingan dari guru bagi anak hiperaktif.

Nah, itulah dasar-dasar pengelolaan jika anak Anda mengidap hiperaktif.
Dia tak berbahaya, hanya butuh SENTUHAN dan PERHATIAN LEBIH. Jika itu
dia dapatkan, anak Anda akan berubah jadi JENIUS yang bukan tak
mungkin, akan mengubah dunia. (CN02)

Tidak ada komentar: