Selasa, 23 Desember 2008

Kisah Perkawinan Tanpa Restu Ortu

PERKAWINAN TANPA RESTU ORANG TUA


Suatu kisah yang sangat menyentuh dan bisa dijadikan sebuah pengalaman dalam mengharungi liku-liku kehidupan ini menimpa pada diri sigadis desa, Syarifah. Waktu itu dia masih beranjak remaja, dia dilahirkan dalam lingkungan beragama islam dan kedua orang tuanya merupakan tokoh yang sangat disegani oleh orang sekitarnya. Disamping kaya orang tuanya juga merupakan keturunan darah biru, kalau istilah orang Aceh disebut dengan Said.

Kembali ke kisah masa kecilnya, Syarifah merupakan anak yang paling disayangi oleh kedua orang tuanya. Semenjak Syarifah berumur 5 tahun orang tuanya sangat berperan dalam pendidikannya disamping itu juga Syarifah disekolahlah dan pada malam harinya mengikuti pengajian yang suasananya sangat ketat dan disiplin, sudah banyak penghargaan-penghargaan yang diterima oleh Syarifah. Semua itu berkat jerih payah, usahanya dan juga kerena dorongan, bimbingan orang tua dan guru-gurunya.

Hari demi hari telah dilalui Syarifah dengan semangat yang membara, dengan bergantian waktu tanpa terasa Syarifah kini sudah menjdai mahasiswa di Fakultas yang termuka, disanalah dia mengenal yang namanya cinta. Syarifah berkenalan dengan pemuda yang begitu simpati dan akhirnya mereka saling jatuh cinta, berjanji untuk selalu bersama. Banyak perbedaan-perbedaan yang terjadi diantara mereka, pemuda tersebut berasal dari keluarga yang sederhana dan bukan dari keturunan said. Tapi semua itu bukan penghalang bagi mereka untuk membina tali cinta yang tulus dan abadi untuk selamanya.

Dalam kesehariannya Syarifah masih seperti dulu yang selalu taat beribadah meskipun jauh dari orang tuanya, semenjak kuliah Syarifah kost bersama teman-temannya, secara tidak sengaja Syarifah juga sering ikut-ikutan bergaul seperti teman-temannya. Wajarlah karena Syarifah dulu merupakan anak yang merasa selalu diawasi orang tuanya, kini Syarifah memanfaatkan waktu semaksimal mungkin supaya apa yang di impi-impikan menjadi kenyataan apalagi sekarang seseorang telah hadir dalam kehidupannya.


Masa libur telah tiba dan Syarifah pulang ke kampungnya dengan membawa satu harapan, yaitu dia ingin menyampaikan kisah kasihnya dengan pemuda yang dicintainya dan harapannya semoga orang tuanya dapat menerima dan memberi restu kepada mereka. Orang tua Syarifah menyambut kedatangan anaknya dengan sangat gembira karena sudah lama tidak memandang anak semata wayangnya itu.

Tiga hari sudah berlalu dan Syarifah memberanikan diri untuk menceritakan tentang hubungannya dengan pemuda yang selama ini telah mengganggu hari-harinya, tapi harapan Syarifah tidak seindah yang dibayangkan. Kedua orangnya tidak merestui hubungan Syarifah dengan pemuda tersebut, segala cara sudah Syarifah coba untuk meyakinkan kalau bahwa laki-laki tersebut adalah laki-laki yang baik dan bisa menanggung kehidupan mereka nanti.

Orang tua Syarifah tetap pada pendiriannya dan bahkan yang lebih menyakitkan bagi Syarifah saat orang tuanya mengatakan bahwa Syarifah telah dijodohkan dengan laki-laki yang sama derajatnya, dengan mengiba Syarifah memohon supaya orang tuanya untuk menggagalkan perjodohan itu dan mngizinkan Syarifah memilih laki-laki yang dicintainya. Tetapi orang tuanya tidak menghiraukan bahkan sudah menetapkan tanggal pernikahannya.

Masa liburnya sudah habis dan Syarifah kembali bergabung dengan teman-temannya, tidak ada lagi semangat dalam hidupnya dan kadang-kadang Syarifah sering menghindar bila si pemuda yang dicintainya datang ke tempat kots. Teman-teman Syarifah juga bingung dengan perubahan Syarifah yang begitu mendadak, mereka tidak pernah lagi mendengar tawa dan candanya Syarifah, bila mereka bertanya kenapa Syarifah cuma tersenyum sambil berlalu

Pada suatu hari Syarifah tidak bisa menghindar dari pemuda tersebut, ketika Syarifah pulang kuliah pemuda tersebut langsung menarik tangan Syarifah dan membawanya pada suatu tempat. Ditanyainya tentang perubahan Syarifah akhir-akhir ini, dengan mata yang mulai berkaca-kaca Syarifah mulai menceritakan semuanya apa yang telah disampaikan kepada orang tuanya dan apa yang disampaikan orang tuanya kepada Syarifah. mendengar itu semua pemuda tersebut sedikit terpaku dan memandangi Syarifah dengan penuh cinta kasih, diberinya semangat kepada Syarifah bahwa semua ini bukan untuk dihindari tapi harus dijalani dan mencari jalan cara mengatasinya. Syarifah sedikit terhibur mendengar nasehat-nasehat dari kekasihnya itu, mereka berjanji akan selalu bersama biarpun orang tuanya tidak merestui hubungan mereka. Segala macam cara akan mereka lakukan untuk mempertahankan keutuhan cinta kasih mereka biarpun harus mengorbankan perasaan mereka sendiri ataupun orang lain.

kedua sijoli yang tidak bisa dipisahkan lagi akhirnya menikah dibawah tangan dan orang tua Syarifah tidak tahu dengan semua ini, hari-hari yang mereka lalui selalu penuh dengan tawa riang dan selalu saling mengisi. Syarifah tidak menuntut banyak dari suaminya yang pekerjaannya tidak menentu, apa yang dibawa pulang itu yang Syarifah terima. Syarifah tidak pernah mengeluh karena sering kekurangan karena dia tahu ini resiko yang harus mareka jalani.

Tiba pada suatu hari Syarifah bersama dengan suaminya pulang ke kampung menjumpai orang tua Syarifah karena walau bagaimanapun pekawinan mereka harus ada restu juga, tapi apa yang terjadi tidaklah seindah yang dibayangkan, orang tua Syarifah tetap tidak merestui perkawinan mereka, yang lebih menyakitkan lagi Syarifah tidak diterima lagi oleh orang tuanya dan mengusir dari rumah. Dengan perasaan yang tidak menentu Syarifah bersama suaminya meninggalkan rumah orang tuanya dan kembali kerumah idaman mereka.

Nasib manusia tidak bisa diduga, begitu halnya dengan Syarifah. Berkat jerih payah dan pengorbanannya akhirnya Syarifah dapat menyelesaikan kuliah dengan lancar dan usaha suaminyapun semakin berkembang. Mereka bersyukur yang tak terhingga kepada Allah SWT. atas apa yang mereka terima selama ini. meskipun mereka tergolong orang kaya tapi mereka tetap tidak melupakan teman-teman seperjuangan dulu dan mereka sering mengadakan pengajian-pengajian dirumah, menyantuni anak yatim dan amalan-amalan yang lainnya yang bersifat sosial.

Dua tahun perkawinan mereka sudah berlalu dan mereka semakin bahagia ketika simungil hadir ditengah-tengah mereka, bayi perempuan yang lucu. Syarifah bersama suaminya mengurus dan membesarkan buah hati mereka dengan penuh tanggung jawab, Syifa itulah nama yang diberikan kepada sibayi mungil itu. Kehadiran Syifa membawa arti yang sangat mendalam bagi Syarifah dan suaminya, sempat mereka berfikir untuk membawa Syifa ke rumah orang tua Syarifah tapi mereka takut akan terulang lagi peristiwa yang dulu terjadi. Biarlah sang waktu yang menentukan kapan mereka diterima kembali orang tuanya.

Berita tentang keberhasilan Syarifah dan suaminya sudah terdengar sampai ke orang Syarifah, mereka tidak percaya bahwa perkawinan tanpa restu juga dapat membuahkan hasil yang baik seperti yang terjadi dengan perkawinan Syarifah. Mereka merenungi apa yang selama ini mereka lakukan terhadap Syarifah, timbul sesal dihati tapi apa yang harus diperbuat selain tabah menerima kenyataan ini. Mau menemui Syarifah ada rasa malu dihati tapi mereka selalu merindukan Syarifah dan ingin memeluk cucu mereka, mungkin inilah yang harus mereka terima atas keegoan mereka dulu yang sewenang-wenang terhadap Syarifah.

Demikianlah kisah sedih yang menimpa Syarifah hingga saat ini belum menemukan titik temu dengan orang tuanya, semoga kisah ini menjadi I'tibar bagi kita semua terutama bagi pemuda-pemuda yang cinda kasihnya tidak direstui orang tuanya supaya tidak salah melangkah dalam menentukan pilihan, dan bagi orang tua juga mampu memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya supaya anak juga tidak mengambil jalannya sendiri.

Saya selaku penulis mohon maaf bila yang telah saya tulis mungkin ada sedikit perbadaan dari yang sebenarnya apa yang dialami Syarifah dan suaminya. Harapan saya semoga tabir ini akan segera berlalu dan Syarifah dapat diterima kembali oleh orang tuanya dan melupakan apa yang telah terjadi dulu dengan menyongsong hari depan yang lebih cerah. Amin Ya Rabbal Alamin….


Penulis


J U L I A




maaf kak LIA aku mohon izin ngepost tulisan kakak tanpa ada maksud tertentu

3 komentar:

ISLAM AND LIFE mengatakan...

Assalamualaikum
Great..kisah yang menarik yang patut dijadikan tauladan kepada remaja..Syabas..

ISLAM AND LIFE mengatakan...

Great..cerita yang menyentuh hati dan perasaan

EL.RACHMAN0456 mengatakan...

Bagus kisahnya sangat menyentuh hati,banyak pelajaran yg bisa dipetik baik sisi positif dan negatif nya maaf, ini menurut pandangan saya sbg orang awam dan punya anak Perempuan( Syarifa tidak patuh dng Orang Tua )bagaimana pun juga orang tua pasti menginginkan yg terbaik untuk anaknya,dan menikah diam2 jangan dijadikan pilihan bagaimana pun juga lebih banyak mudhoratnya
Sesungguh nya kisah ini sama dng yg saya alami
coba saudara bayangkan seandainya Mempelai Pria bukan orang beriman akan terlintas dipikiranya untuk meninggalkan Istrinya krn beratnya tantangan yg dihadapi secara moril maupun ekonomi karena hidup terbuang. mudah2n ada manfaatnya

*istilah Syarifah :
sepengetahuan saya Bukan darah Biru ( tapi Orang2 yg mengakui dirinya Nenek moyangnya berasal dari Hadral Maud tepatnya dari Jajirah Arab atau Yaman ) bisa dilihat dari cici2 Fisik dan adat istiadat masih berbau timur tengah dan bahkan masih banyak menggunakanbasa Arab
semoga ada faedah nya

Syukron Kasyiron

Abah Ali